Kamis 8 Mei 2025

Notification

Error Loading Feed!
×
Kamis, 8 Mei 2025

Iklan

Petani Klaten Temukan 16 Kg Emas di Sawah

Sabtu, 05 April 2025 | 05:31 WIB Last Updated 2025-04-05T04:45:42Z

ilustrasi

Jakarta, Rakyatterkini.com – Kisah penemuan harta karun secara tak sengaja ternyata pernah terjadi di Indonesia, tepatnya di Pulau Jawa. Seorang petani sederhana menemukan emas dalam jumlah besar saat sedang bekerja di sawahnya.

Peristiwa langka ini terjadi pada tahun 1990, ketika seorang petani bernama Cipto Suwarno sedang mengolah lahan sawah di Desa Wonoboyo, Klaten, Jawa Tengah. Selama lebih dari seminggu, ia tekun menggali tanah dengan harapan memperbaiki aliran irigasi yang terganggu akibat proyek di sekitar sawah.

Pada Rabu, 17 Oktober 1990, saat menggali hingga kedalaman sekitar 2,5 meter, cangkul Suwarno mengenai benda keras. Awalnya ia mengira itu hanya batu, namun setelah diperiksa, ternyata benda tersebut adalah guci keramik yang dibungkus emas. Suwarno pun terkejut dan spontan berteriak, “Emas!”.

Penemuan tersebut segera menarik perhatian warga dan aparat desa. Saat proses penggalian dilanjutkan, ditemukanlah harta karun emas seberat 16 kilogram. Temuan tersebut meliputi berbagai jenis perhiasan dan benda mewah, seperti bokor, mangkuk, piring, gelang, cincin, guci, hingga keris dan koin emas. 

Menurut catatan Majalah Tempo pada 3 November 1990, harta tersebut terdiri dari 97 gelang, 22 mangkuk, 11 cincin, 8 subang, serta beragam benda lainnya.

Penemuan ini kemudian dikenal luas sebagai **Harta Karun Wonoboyo**, dan dianggap sebagai salah satu temuan arkeologis emas terbesar di Indonesia. Para peneliti memperkirakan benda-benda tersebut berasal dari akhir abad ke-9 hingga pertengahan abad ke-10, karena beberapa artefak menunjukkan gaya khas masa tersebut. Salah satunya, mangkuk emas yang dihiasi relief cerita Ramayana, serta koin bertuliskan “Saragi Diah Bunga”.

Temuan tersebut menjadi bukti kuat bahwa emas memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Jawa kuno, baik sebagai lambang status maupun alat transaksi. Bahkan, sebelum masa kerajaan besar seperti Majapahit, emas sudah menjadi bagian dari budaya masyarakat setempat.

Tradisi Emas di Jawa Kuno
Emas dahulu mudah ditemukan dan harganya pun relatif terjangkau. Hal ini menjadikan emas sebagai bagian penting dalam kehidupan bangsawan maupun rakyat biasa. Di masa Kerajaan Majapahit, benda-benda seperti kereta dan kipas dilapisi emas.

Seperti ditulis Stuart Robson dalam *Desawarna by Mpu Prapanca* (1995), di kerajaan Daha—yang sejaman dengan Majapahit—para bangsawan wanita kerap tampil megah dengan kereta berlapis emas.

Slamet Mulyana dalam bukunya *Menuju Puncak Kemegahan* (2012) juga mengutip karya Empu Prapanca dalam *Nagarakertagama*, yang menggambarkan emas sebagai simbol kemegahan dan cita-cita mulia.

Tak hanya dipakai untuk estetika, emas juga digunakan dalam transaksi bernilai tinggi, seperti jual beli tanah. Erwin Kusuma dalam *Uang Indonesia: Sejarah dan Perkembangannya* (2021) menyebut bahwa masyarakat Jawa kuno menggunakan emas sebagai alat tukar dalam perdagangan besar.

Catatan dari para penjelajah asing juga menguatkan hal ini. Penjelajah dari Tiongkok dan Eropa menggambarkan para raja dan bangsawan Jawa hidup dalam kemewahan, dengan perhiasan emas menghiasi pakaian, peralatan makan, hingga hewan peliharaan mereka.

Namun, meskipun masyarakat Jawa menyukai emas, mereka tidak menambangnya sendiri. Sebagian besar emas didatangkan dari Sumatera—yang dikenal sebagai "Pulau Emas"—dan India.

Seiring waktu dan perubahan zaman, terutama dengan masuknya kekuasaan kolonial, kebiasaan tersebut mulai pudar. Banyak benda berharga kemudian tersembunyi, terkubur, dan terlupakan, menjadi bagian dari cerita harta karun yang terus diburu hingga hari ini.

Salah satu yang berhasil ditemukan adalah emas dari Wonoboyo, yang kini tersimpan dan dapat dilihat publik di Museum Nasional Indonesia, Jakarta. (da*)


IKLAN



×
Berita Terbaru Update